Catching Fire

Pages

Jumat, 13 September 2013

Sekilas Tentang RPL


Tentang RPL
 
Rekayasa perangkat lunak (RPL, atau dalam bahasa Inggris: Software Engineering atau SE) adalah satu bidang profesi yang mendalami cara-cara pengembangan perangkat lunak termasuk pembuatan, pemeliharaan, manajemen organisasi pengembanganan perangkat lunak dan sebagainya.
Sejarah RPL
Rekayasa perangkat lunak telah berkembang sejak pertama kali diciptakan
pada tahun 1940-an hingga kini. Fokus utama pengembangannya adalah
untuk mengembangkan praktek dan teknologi untuk meningkatkan
produktivitas para praktisi pengembang perangkat lunak dan kualitas
aplikasi yang dapat digunakan oleh pemakai.

1945 - 1965: Awal

Istilah software engineering digunakan pertama kali pada
akhir 1950-an dan awal 1960-an. Saat itu, masih terdapat debat tajam
mengenai aspek engineering dari pengembangan perangkat lunak.
Pada tahun 1968 dan 1969, komite sains NATO mensponsori dua
konferensi tentang rekayasa perangkat lunak, yang memberikan dampak
kuat terhadap perkembangan rekayasa perangkat lunak. Banyak yang
menganggap bahwa dua konferensi inilah yang menandai awal resmi profesi
rekayasa perangkat lunak.

1965 - 1985: krisis perangkat lunak

Pada tahun 1960-an hingga 1980-an, banyak masalah yang ditemukan
para praktisi pengembangan perangkat lunak. Banyak projek yang gagal,
hingga masa ini disebut sebagai krisis perangkat lunak.
Kasus kegagalan pengembangan perangkat lunak terjadi mulai dari projek
yang melebihi anggaran, hingga kasus yang mengakibatkan kerusakan fisik
dan kematian. Salah satu kasus yang terkenal antara lain meledaknya
roket Ariane akibat kegagalan perangkat lunak.

1985 - kini: tidak ada senjata pamungkas

Selama bertahun-tahun, para peneliti memfokuskan usahanya untuk
menemukan teknik jitu untuk memecahkan masalah krisis perangkat lunak.
Berbagai teknik, metode, alat, proses diciptakan dan diklaim sebagai
senjata pamungkas untuk memecahkan kasus ini. Mulai dari pemrograman
terstruktur, pemrograman berorientasi object, perangkat pembantu
pengembangan perangkat lunak (CASE tools), berbagai standar, UML
hingga metode formal diagung-agungkan sebagai senjata pamungkas untuk
menghasilkan software yang benar, sesuai anggaran dan tepat waktu.
Pada tahun 1987, Fred Brooks menulis artikel No Silver Bullet,
yang berproposisi bahwa tidak ada satu teknologi atau praktek yang
sanggup mencapai 10 kali lipat perbaikan dalam produktivitas
pengembangan perangkat lunak dalam tempo 10 tahun.
Sebagian berpendapat, no silver bullet berarti profesi
rekayasa perangkat lunak dianggap telah gagal. Namun sebagian yang lain
justru beranggapan, hal ini menandakan bahwa bidang profesi rekayasa
perangkat lunak telah cukup matang, karena dalam bidang profesi lainnya
pun, tidak ada teknik pamungkas yang dapat digunakan dalam berbagai
kondisi.

0 komentar:

Posting Komentar